Langsung ke konten utama

Perbedaan Mode Station Pada Jaringan Hotspot

Salah satu fitur yang terdapat di dalam mikrotik yang digunakan untuk menghubungkan perangkat network yang satu dengan yang lainnya adalah wireless. Ada beberapa mode wireless yang sering digunakan sesuai dengan fungsinya, Apakah ingin difungsikan sebagai access point ataupun difungsikan sebagai station. Pada artikel 'Perbedaan Mode Wireless' sudah dibahas mengenai perbedaan tiap mode wirelessnya. Perlu diketahui bahwa tidak semua mode wireless dapat digunakan dalam bridge network karena tidak semua support dengan L2 bridging terutama mode wireless sebagai station (penerima). Di artikel kali ini kita akan membahas mengenai perbedaan penggunaan mode wireless disisi station pada jaringan hotspot.
 
Kita akan melakukan percobaan dengan menggunakan topologi jaringan seperti diatas. Gambaran topologinya adalah router (R1) yang difungsikan sebagai access point (pemancar) dan didalamnya juga sudah dikonfigurasi hotspot. Jika kita membuat jaringan hotspot maka biasanya didalamnya juga menggunakan fitur DHCP. Router R2 akan difungsikan sebagai station (penerima) yang akan menangkap signal dari access point (AP). Transparan bridge yang digunakan di router R2 berfungsi untuk menghubungkan client, seperti client-1 dan client-2 ke sumber internet. Dengan mode bridge ini memungkinkan network yang satu tergabung dengan network disisi yang lain secara transparan sehingga client-1 dan client-2 akan memiliki IP Address yang berada dalam 1 subnet yang sama dengan IP router AP.
Disisi station atau router R2, terdapat beberapa mode wireless yang bisa digunakan. Misal, mode station, station-bridge, station-pseudobridge, dan station-pseudobridge-clone. Nah, disini kita akan melakukan percobaan berdasarkan topologi diatas.
Pertama, kita akan membahas mengenai penggunaan mode station. Perlu diketahui bahwa mode station merupakan mode pada interface wireless yang tidak support untuk membuat network yang sifatnya bridge network. Artinya, mode ini hanya bisa digunakan untuk membentuk network yang sifatnya routing. Jadi kita tidak bisa menggunakan mode ini berdasarkan topologi seperti diatas yang dibentuk pada network yang bersifat bridging.
Kedua, penggunaan mode station-bridge. Mode ini merupakan mode yang hanya bisa digunakan apabila perangkat AP-nya menggunakan Mikrotik juga. Dan mode ini support untuk bridge network. Apabila disisi AP kita tambahkan konfigurasi hotspot dan DHCP Server seperti pada topologi diatas, maka yang terlihat disisi AP adalah sebagai berikut.
Dari hasil diatas membuktikan bahwa mode ini bisa digunakan untuk jaringan yang bersifat bridging, terlihat bahwa Client-1 dan Client-2 bisa mendapatkan IP yang 1 subnet dengan router AP. DHCP Leases digunakan untuk melihat perangkat-perangkat yang sudah mendapatkan IP secara otomatis dari server. Selain itu, pada parameter host di menu hotspot terlihat Mac-Address masing-masing Client beserta IP Address nya, artinya client-1 dan client-2 bisa terkoneksi ke service hotspot. Client-1 maupun clien-2 dapat terhubung ke AP karena adanya transparan bridge.
Ketiga, penggunaan mode station-pseudobridge. Mode ini merupakan pengembangan dari mode station standar. Mode ini juga support untuk bridging network. Jika kita menggunakan topologi yang ada, maka yang akan terlihat disisi AP adalah Mac-Address dari Wireless Client namun AP tidak membaca Mac-Address yang berada dibawah wireless client, dalam hal ini Mac-Address dari Client-1 dan Client-2.
Keempat, penggunaan mode station-pseudobridge-clone. Mode ini hampir sama dengan mode station-pseudobridge, hanya saja pada mode ini wireless client akan menforward Mac-Address yang telah didefinisikan di "station-bridge-clone-mac". Namun, apabila station-bridge-clone-mac tidak ditentukan maka wireless akan menforward Mac Address perangkat yang pertama kali terhubung ke AP. Sebagai contoh Client-1 terhubung pertama kali ke hotspot server sehingga Mac-Address yang terlihat di host hotspot adalah Mac-Address Client-1. Kemudian, jika Client-2 terhubung ke hotspot server, maka yang terlihat di AP tetep menggunakan Mac-Address dari Client-1, seperti pada gambar berikut ini.
Dari hasil yang telah dilakukan baik menggunakan mode station standar hingga mode station-pseudobridge-clone, maka kita bisa memilih mode yang ingin digunakan sesuai dengan kebutuhan dan topologi yang dibangun.

SUMBER : DISINI 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Membuat Bootable CD/DVD Windows XP Dari File .iso

Kali ini saya akan sedikit share cara membuat Bootable CD/DVD Windows XP. dari pada beli copy'an CD yang bajakan lebih baik bikin sendiri dengan file original Windows XP sp3 langkah awal pembuatan Bootable CD/DVD Windows XP sobat mesti download dulu file .iso windows XP sp3 original nya. Download: Windows XP sp3 Original.iso berikutnya download software nero untuk pembakaran CD/DVD Download: Nero 6 Ultra Edition Full Edition [Lebih Ringan] Cara Membuat Bootable CD/DVD Windows XP Dari File .iso Dengan Nero 6 Ultra Edition Setelah kedua file di download extract Windows XP di data master, nanti yang akan di burning file windows xp.iso yang berada di file .rar .. Perlengkapan - Komputer / Laptop yang sudah di lengkapi CDroom atau DVDroom Cara Burning 1. Install Nero 6 Ultra Edition 2. Masukan CD/DVD Blank [Yang masih kosong] 3. Jalankan program tersebut, pilih menu Nero Express 4. Kemudian pilih Disc Image or Saved Project 5. Browser dan cari file .

Dasar Desain Grafis (Unsur-unsur Desain Grafis)

Kompetensi Dasar  3.1 Mendiskusikan unsur-unsur tata letak berupa garis, ilustrasi, tipografi, warna, gelap-terang, tekstur, dan ruang 4.1 Menempatkan unsur-unsur tata letak berupa garis, ilustrasi, tipografi, warna, gelap-terang, tekstur, dan ruang Materi Pokok Memahami unsur-unsur tata letak berupa garis, ilustrasi, tipografi, warna, gelap-terang, tekstur, dan ruang Pengertian  Grafis Dalam Bahasa Inggris disebut  Graphic  diartikan sebagai goresan yang berupa titik-titik atau garis yang berhubungan dengan kegiatan cetak-mencetak (Freddy Adiono Basuki, 2000). Desain Menurut Atisah Sipahelut (1991) diartikan sebagai bentuk rumusan dan suatu proses pemikiran. Rumusan atau proses pemikiran yang dituangkan dalam wujud gambar tersebut merupakan pengalihan gagasan kongkrit isi pemikiran untuk mengalihkan gagasan dalam wujud gambar. Dalam proses mendesain ini seorang desainer dapat mempergunakan perlatan manual seperti kuas atau

Protected Bootloader

Di Mikrotik terdapat sebuah fitur yang berfungsi untuk melakukan proteksi terhadap akses ke system router terutama berkaitan dengan penggunaan tombol reset. Fitur tersebut adalah " Protected RouterBOOT ". Ketika fitur ini diaktifkan maka beberapa fungsi tidak dapat dilakukan sebagaimana defaultnya yaitu tombol reset dan juga reset pin-hole. Dan akses router dari console juga akan ter-disabled. Jika ingin melakukan perubahan konfigurasi untuk melakukan perubahan boot mode atau RouterBOOT maka hanya bisa dilakukan melalui RouterOS (remote via winbox). Fitur ini secara default tidak ditambahakan langsung ke system sehingga kita harus melakukan instalasi paketnya secara manual. Untuk mengaktifkannya firmware dari router harus diatas v3.24 dan tidak bisa digunakan dibawah versi tersebut. Untuk saat ini hanya terdapat di beberapa jenis arsitektur routerboard yaitu SMIPS, MIPSBE, TILE. Paket " Protected RouterBOOT " bisa di-download di link berikut: SMIPS