Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2017

Review Cloud Core Router with Combo Port

Beberapa waktu yang lalu Mikrotik(dot)com mengumumkan bahwa Produk Routerboard CCR1009-8G-series telah discontinued. Yang berarti bahwa produk tersebut tidak lagi di produksi oleh pihak Mikrotik(dot)com, sebagai penggantinya Mikrotik mengeluarkan Produk terbaru yaitu Routerboard CCR1009-7G-1C-series. Seri terbaru ini memiliki 3 variant saat ini yaitu CCR1009-7G-1C-1S+PC, CCR1009-7G-1C-1S+, dan CCR1009-7G-1C-PC. Tidak banyak yang berubah dari produk sebelumnya, namun dari nama yang diberikan untuk produk ini memperlihatkan bahwa mikrotik ingin menunjukan teknologi terbaru yang mereka miliki saat ini. Jelas terbaca terdapat huruf " C " yang muncul sebagai pengkodean nama untuk Routerboard seri terbaru ini. Huruf " C " pada nama produk baru ini merujuk pada fitur/fungsi COMBO interface, seperti terlihat di casing Routerboard CCR1009-7G-1C-series terdapat 2 interface fisik yang diberikan tanda bahwa itu adalah anggota dari Combo port, yaitu 1 interfac

Protected Bootloader

Di Mikrotik terdapat sebuah fitur yang berfungsi untuk melakukan proteksi terhadap akses ke system router terutama berkaitan dengan penggunaan tombol reset. Fitur tersebut adalah " Protected RouterBOOT ". Ketika fitur ini diaktifkan maka beberapa fungsi tidak dapat dilakukan sebagaimana defaultnya yaitu tombol reset dan juga reset pin-hole. Dan akses router dari console juga akan ter-disabled. Jika ingin melakukan perubahan konfigurasi untuk melakukan perubahan boot mode atau RouterBOOT maka hanya bisa dilakukan melalui RouterOS (remote via winbox). Fitur ini secara default tidak ditambahakan langsung ke system sehingga kita harus melakukan instalasi paketnya secara manual. Untuk mengaktifkannya firmware dari router harus diatas v3.24 dan tidak bisa digunakan dibawah versi tersebut. Untuk saat ini hanya terdapat di beberapa jenis arsitektur routerboard yaitu SMIPS, MIPSBE, TILE. Paket " Protected RouterBOOT " bisa di-download di link berikut: SMIPS

Perbedaan Mode Station Pada Jaringan Hotspot

Salah satu fitur yang terdapat di dalam mikrotik yang digunakan untuk menghubungkan perangkat network yang satu dengan yang lainnya adalah wireless. Ada beberapa mode wireless yang sering digunakan sesuai dengan fungsinya, Apakah ingin difungsikan sebagai access point ataupun difungsikan sebagai station. Pada artikel ' Perbedaan Mode Wireless ' sudah dibahas mengenai perbedaan tiap mode wirelessnya. Perlu diketahui bahwa tidak semua mode wireless dapat digunakan dalam bridge network karena tidak semua support dengan L2 bridging terutama mode wireless sebagai station (penerima). Di artikel kali ini kita akan membahas mengenai perbedaan penggunaan mode wireless disisi station pada jaringan hotspot.   Kita akan melakukan percobaan dengan menggunakan topologi jaringan seperti diatas. Gambaran topologinya adalah router (R1) yang difungsikan sebagai access point (pemancar) dan didalamnya juga sudah dikonfigurasi hotspot. Jika kita membuat jaringan hotspot maka bias

Streaming Video dengan Multicast (PIM) Routing

Pada artikel sebelumnya sudah dibahas mengenai macam-macam tipe pengiriman data atau Address Type pada komunikasi di IPv4 dan juga IPv6. Salah satu jenis tipe pengirimannya adalah Multicast. Untuk lebih mengetahui penggunaan Multicast, kita akan mencoba sebuah contoh kasus yaitu streaming video mengggunakan tipe komunikasi Multicast. Di MikroTik sendiri untuk fitur Multicast Routing sudah di-support. Namun untuk dapat menggunakannya kita perlu melakukan install paketnya terlebih dahulu karena paket multicast tidak termasuk dalam main package. Multicast Routing PIM-SM Protocol Independent Multicast-Sparse Mode (PIM-SM atau PIM) memungkinkan RouterOS untuk mendukung multicast streaming. Beberapa router yang terhubung dan dengan PIM aktif akan membentuk multicast cloud di mana perangkat klien dapat menggunakan IGMP untuk terhubung ke stream . Dengan Multicast Sparse Mode maka traffic multicast akan dikirimkan ketika ada request dari host/client, tidak dengan meka

EoIP + IPSec pada RouterBoard dengan HW Encryption

Tunnel merupakan salah satu alternatif media untuk menghubungkan dua atau lebih site, terutama jika jarak antar titik cukup jauh. Dengan menumpang pada jaringan public (internet) maka jarak bukan menjadi halangan lagi sehingga tunnel bisa menjadi solusi yang mudah dan murah jika dibandingkan dengan membangun media fisik. Pada versi RouterOS yang baru fitur Tunnel seperti EoIP, IPTunnel (IPIP) dan GRE Tunnel sudah ditambahkan sebuah parameter untuk mengaktifkan IPSec. Dengan demikian kita bisa membangun sebuah link Tunnel yang lebih secure dengan IPSec secara lebih lebih mudah dibanding sebelumnya. Permasalahan yang sering muncul, dengan mengaktifkan IPSec beban kerja CPU akan lebih berat, sebab akan ditambah proses enkripsi untuk pengamanan data. Pada Router dengan spesifikasi processor yang tinggi mungkin tidak menjadi masalah, namun untuk Router dengan processor kecil hal ini akan sangat memberatkan. Oleh karena itu, Mikrotik mengeluarkan produk RouterBoard yang di

Monitoring Trafik MikroTik dengan Cacti Linux

Pada artikel sebelumnya sudah kita bahas tentang monitoring trafik dari MikroTik menggunakan aplikasi yang terdapat pada sebuah perangkat PC. Kali ini kita akan mencoba membahas tentang monitoring traffik MikroTik dengan memanfaatkan fitur SNMP. Ada beberapa jenis aplikasi yang bisa digunakan dengan protokol SNMP, diantaranya adalah MRTG, Cacti, dan juga The Dude. Dan pada artikel ini kita akan mencoba menggunakan aplikasi Cacti untuk melakukan monitoring trafik dari MikroTik. Langkah pertama kita akan mengaktifkan SNMP yang ada di MikroTik. Untuk mengaktifkannya cukup mudah, pilih pada menu IP --> SNMP --> Centang opsi ' Enabled '. Setelah kita aktifkan SNMP pada MikroTik, kita akan melakukan instalasi aplikasi Cacti. Kali ini kita menggunakan OS Linux Ubuntu untuk menjalankan aplikasi tersebut. Namun, sebelumnya pastikan pada perangkat PC sudah terinstall Webserver ( misal Apache, Lighttpd ) dan juga MySQL Database. Pada contoh topology diatas,

Konfigurasi Dasar MPLS di MikroTik

Multiprotocol Label Switching (atau disingkat MPLS ) merupakan sebuah metode transmisi data yang menggunakan label untuk melakukan forwarding paket data. Dengan penggunaan label ini maka pengiriman paket data akan dilakukan dalam kelompok-kelompok. Setiap kelompok yang ditransmisikan tidak terkait dengan kelompok lainnya. Dengan penggunaan label dalam transmisi data MPLS merupakan metode transmisi dengan beban proses yang minimal. MPLS sendiri dikenal sebagai layer 2,5 (karena dalam system OSI terletak antara OSI layer 2 dan layer 3 ). Untuk penambahan header MPLS memanfaatkan L2MTU yang mana disetiap header dapat mengandung satu atau beberapa label ( shims ) yang masing-masing berukuran 32bit ( Label - 20bits, EXP - 3bits class of services, End of stack flag - 1bit, TTL - 8 bits ). How MPLS Work? Prinsip kerja dari MPLS ini adalah menggabungkan kecepatan switching pada layer 2 dengan kemampuan routing dan skalabilitas pada layer 3 . MPLS akan menyelipkan label dianta

DHCP Server dan DHCP Client IPv6 di MikroTik

IPv6 memiliki struktur pengalamatan yang berbeda dengan IPv4. Dengan panjang 128-bit dan ditulis dengan 8 grup dari Hexadecimal mungkin sedikit lebih membutuhkan waktu untuk konfigurasi IPv6 dibanding IPv4 yang hanya 32-bit. Namun disamping itu IPv6 juga memberikan kemudahan untuk distribusi IP Address. Untuk IPv6 secara otomatis akan melakukan auto-configuration . Dalam proses auto-configuration terdapat dua mekanisme yang digunakan yaitu Stateless Mechanism dan Stateful Mechanism . Secara garis besar untuk stateless mechanism ini kita tidak perlu konfigurasi secara manual untuk pengalamatan IP Address. Dengan stateless mechanism ini secara dinamis perangkat akan mendapatkan IP address dari proses RS ( Router Solicitation ) dan RD ( Router Advertisment ). Sedangkan untuk Stateful Mechanism juga akan memberikan alokasi IP Address secara otomatis namun perbedaannya untuk mekanisme ini kita perlu DHCP Server, yaitu DHCPv6. Selain itu untuk sisi client juga harus mendu